Welcome to Vectoris

Mari kita satukan pendapat dalam sebuah bahasa visual di dalamnya

Manual Digital Trace in CorelDraw

Dibutuhkan kerja keras dan ketelitian dalam setiap pembuatannya

Digital Painting Project

Pembuatan gambar dalam bentuk digital painting yang lebih menarik dan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi

Promo Jasa Tracing Pilih Sesuka mu Mau Yang Gratis Atau Yang Berbayar

Jasa tracing murah mulai dengan gratis sampai berbayar

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Friday 24 October 2014

Surat Kabar sebagai Media Komunikasi Massa

Pengertian
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang berperan penting dalam pendistribusian informasi kepada masyarakat. Surat kabar tersebut juga diterbitkan secara berkala sehingga masyarakat lebih mudah mengaksesnya. Seiring berkembangnya teknologi surat kabar pun mulai diedarkan secara konten maupun teknologi. Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca”. Surat kabar ini juga menggunakan kertas bermutu rendah yang kemudian dapat didaur ulang atau digunakan untuk berbagai macam keperluan.
Sejarah Surat Kabar di Indonesia
· Era Penjajahan Belanda (1700-1900)
Pada era 1700-1900, surat kabar pertama kali diedarkan oleh penjajah Belanda yang bernama Kort Beiricht Eropa, Bataviase Nouvelles, Vendu Nieuws, dan Bataviasche Koloniale Courant. Bataviasche Nouvelles merupakan surat kabar yang pertama kali diterbitkan pada masa pemerintahan gubernur Jenderal Van Imhoff. Surat kabar ini ditulis dengan bahasa Belanda yang memiliki mutu, kualitas, bentuk dan tampilan yang sangat sederhana. Fungsinya adalah mendokumentasikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa itu. Belanda merupakan negara yang sangat memerhatikan dokumentasi.

· Era Pra kemerdekaan (1900-1945)
Pada era 1900an, kualitas dan fungsi surat kabar mengalami peningkatan. Surat kabar pada era ini bukan hanya sebagai saran dokumentasi saja, akan tetapi sudah berkembang menjadi sarana menyampaikan saran, kritik dan aspirasi-aspirasi para pejuang kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Medan Prijaji merupakan surat kabar pertama yang terbit dan dikelola oleh orang Indonesia. Surat kabar ini menggunakan bahasa Indonesia yang membahas tentang politik yang terbit pada bulan January 1907. Surat kabar ini dipelopori oleh Raden Mas Tirtoehadisoerjo. Kehadiran surat kabar Medan Prijaji menjadi penggerak untuk terbitnya surat kabar-surat kabar yang lain. Surat kabar yang terbit tersebut tidak bertahan lama. Kebanyakan bangkrut karena kurang modal dan pengawasan yang ketat bahkan operasional surat kabar tersebut berada di tangan negara penjajah seperti Belanda dan Jepang.

· Era Pasca kemerdekaan (1945-1950)
Ketika Jepang kalah pada perang dunia II dan terusir dari Indonesia, pada saat itu Belanda bersama dengan Inggris ingin kembali mencoba mengendalikan percetakan dan penerbitan surat kabar di Indonesia. Namun surat kabar milik Belanda ditutup dan perusahaannya dinasionalisasikan menjadi milik Indonesia. Namun pada tahun 1946, surat kabar sudah menemukan jati dirinya dimana terbentuknya organisasi Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) pada Juny 1946, kemudian terbentuk lagi organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada Februari 1946. Hadirnya kedua organisasi memberikan tujuan, visi, dan misi yang jelas bagi keberlanjutan surat kabar.

· Era Orde Lama (1950-1965)
Pada era 1950-an, partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa serta surat kabar mulai tumbuh dan mulai marak di kalangan masyarakat. Data pada tahun 1954, beredar 105 surat kabar harian dengan jumlah 697.000 eksemplar di seluruh Indonesia. Pada 1959, jumlah surat kabar menurun menjadi hanya 94, tetapi oplahnya meningkat menjadi 1.036.500 eksemplar. Surat kabar yang besar pada masa itu adalah  surat kabar Harian Rakjat (Partai Komunis Indonesia), Pedoman (Partai Sjarikat Islam), Suluh Indonesia (Partai Nasional Indonesia), dan Abadi (Masjumi).       Presiden Soekarno menerapkan pers terpimpin melalui demokrasinya. Surat kabar yang isinya tidak sejalan dengan tujuan demokrasi terpimpin dicabut izin terbitnya. Surat kabar  Indonesia Radja milik Moechtar Loebis dan Pedoman milik Rosihan Anwar adalah sebagian surat kabar yang dicabut pada saat pemerintahan orde lama, Soekarno.

· Era Orde Baru (1966-1998)
Pada masa orde baru ini salah satu surat kabar pro-PKI ditutup dan hanya surat kabar milik tentara, nasionalis, agama, dan kelompok independen yang diizinkan terbit. Di antaranya adalah surat kabar tentara: (1) Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, Ampera, Api Pancasila, dan Pelopor Baru; (2) surat kabar nasionalis: Suluh Marhaen, El Bahar, dan Warta Harian; (3) surat kabar Islam: Duta Masyarakat, Angkatan Baru, Suara Islam, dan Mercusuar; (4) surat kabar Kristen: Kompas dan Sinar Harapan. Surat kabar yang dianggap berbahaya dan tidak sejalan dengan tujuan pemerintah akan dicabut atau ditutup, terlebih surat kabar yang menyinggung Cendana dan kroni-kroninya. Pembredelan terbesar terjadi pada saat peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari).

· Era Reformasi (1998-2000)
Pada era ini, surat kabar diijinkan tumbuh dan berkembang dan media-media lainnya seperti televisi dan radio. Presiden Gus Dur mengatakan bahwa “informasi adalah urusan masyarakat”. Kebijakan - kebijakan tersebut melahirkan media-media yang bersifat tangguh seperti KOMPAS (Jacoeb Oetama), Jawa Pos (Dahlan Iskan), Media Indonesia (Surya Paloh), Media Nusantara Citra (Hary Tanusoedibjo), dan Tempo (Goenawan Mohamad). Surat kabar sampai ke daerah-daerah di seluruh Indonesia.

· Era Digitalisasi (2000-sekarang)
Pada era tersebut disebut sebagai era digitalisasi karena semakin berkembang pesatnya internet. Salah satu pelopor berkembangnya adalah detik.com. Bahkan tidak lama kemudian, lahirlah surat kabar digital lainnya: beritanet.com, kompas.com, tempo.co.id, antara.com, dan lainnya. Bahkan, masyarakat biasa pun bisa membuat surat kabar digital sendiri melalui media blogger.com atau wordpress.com. Ketika media digital sudah berkembang maka ada isu yang mengatakan bahwa surat kabar digital akan mengalahkan surat kabar fisik. Ternyata isu tersebut benar, bahkan sudah terjadi di Amerika Serikat dimana perusahaaan media Settle Post menutup operasional surat kabar fisiknya dan lebih mengacu pada surat kabar digital.  Pimpinan media Jawa Pos Grup, Dahlan Iskan mengatakan bahwa secara bisnis, surat kabar digital sangat tidak menguntungkan dibandingkan surat kabar fisik. Beliau mencontohkan mencontohkan detik.com yang laba bersihnya sebulan hanya mencapai ratusan juta rupiah, sangat jauh dibandingkan surat kabar fisik yang mencapai miliaran rupiah.


Syarat – Syarat Surat Kabar

Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri atau syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :

1. Publisitas (publicity)
Publisitas artinya penyebaran kepada khalayak atau publik. Karena surat kabar ini diperuntukkan untuk masyarakat umum, maka isi atau informasi dalam surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum.

2. Periodesitas (periodecity)
Periodesitas berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan penerbitannya bisa satu kali sehari atau satu sampai dua kali dalam seminggu. Karena keteraturan penerbitan surat kabar maka penerbit buku tidak dapat dikatakan surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala.

3. Universalitas (universality)
Universalitas berarti keragaman. Isinya datang dari informasi berbagai penjuru dunia. Jika penerbitan berkala isinya hanya mengharuskan diri pada suatu profesi, seperti majalah kedokteran, pendidikan, politik atau pertanian tidak termasuk surat kabar. Jika isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan maka tidak dapat dikatakan sebagai surat kabar.

4. Aktualitas (actualy)
Aktualitas artinya kini dan keadaan sebenarnya. Kedua-duanya sangat erat kaitannya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita.





Fungsi Surat Kabar
Menurut Onong Uchjana Effendy ada beberapa fungsi surat kabar secara umum terdiri dari :
1. Fungsi menyiarkan informasi
Masyarakat membeli atau berlangganan surat kabar karena membutuhkan informasi mengenai berbagai hal di dunia, mengenai gagasan atau pikiran orang lain, mengenai peristiwa yang terjadi, apa yang dilakukan orang lain dan apa yang dikatakan orang lain dan sebagainya.

2. Fungsi mendidik
Sebagai sarana pendidikan massa. Surat kabar juga memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga pembaca menjadi bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa dalam bentuk berita atau artikel dan tajuk rencana.

3. Fungsi menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat dan artikel-artikel berbobot. Isi surat kabar yang menghibur itu bisa berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, teka-teki silang dan karikatur. Tujuannya semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah pembaca diberikan berita dan artikel-artikel yang berat.

4. Fungsi mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi ini menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi memperngaruhi secara implisit terdapat pada berita sedangkan eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

Bagian-Bagian Surat Kabar
Albert F. Heaning membagi surat kabar berdasarkan waktu terbitnya menjadi beberapa bagian :
a. Surat kabar harian : surat kabar yang mempunyai waktu terbit setiap hari sekali (surat kabar umum), mis : yang terbit pagi hari dan sore hari.
b. Surat kabar mingguan : surat kabar yang terbit satu minggu sekali.
c. Surat kabar dua mingguan atau bulanan : surat kabar yang terbit dua minggu sekali atau setiap bulan sekali.
d. Tabloit : surat kabar yang berukuran format lebih kecil dari ukuran yang biasa atau standar.

Kelebihan dan Kekurangan Surat Kabar
Kelebihan :
a. Biasanya relatif tidak mahal.
b. Fleksibel
c. Dapat dinikmati lebih lama.
d. Market coverage : surat kabar mampu menjangkau daerah-daerah perkotaan sesuai dengan cakupan wilayahnya.
e. Comparison shooping : surat kabar sering digunakan sebagai bahan acuan atau referensi konsumen dalam membeli barang atau jasa.
f. Positive consumer attitude : aktualitas informasi yang disampaikan digunakan juga sebagai acuan pembaca.
Kekurangan :
a. Mudah diabaikan.
b. Cepat basi.
c. Short life span : meski jangkauannya luas, pembaca surat kabar hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit hingga 30 menit untuk membacanya serta umumnya hanya sekali saja membacanya. Selain itu usia informasinya hanya 24 jam setelah itu sudah dianggap basi.
d. Clutter : jika isi dan tata letaknya kacau akan mempengaruhi pemaknaan dan pemahaman isi pesan iklan oleh pembacanya.
e. Limited coverage of certains group : beberapa kelompok tertentu tidak bisa dijangkau oleh surat kabar, misal ; kelompok masyarakat menengah ke bawah atau masyarakat usia di bawah 15 tahun.
f. Products that don’t fit : beberapa produk tidak dapat diiklankan dengan menggunakan surat kabar karena memerlukan demonstrasi atau memerlukan pertimbangan tertentu. Contoh iklan peralatan olah raga.
g. Jenis bahan yang digunakan biasanya mudah sobek, artinya gangguan mekanis tinggi, sehingga informasi yang diterima tidak lengkap.


Daftar Pustaka
http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/surat-kabar-di-indonesia/
http://www.studentmagz.com/2011/07/sejarah-koran-dan-surat-kabar.html
http://smanbaturraden.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=143:sejarahkoran
http://edizmykirakawan.wordpress.com/2011/11/20/surat-kabar/
http://faizal.student.umm.ac.id/2010/05/04/kelebihan-dan-kekurangan-media-iklan/

Software Movie Maker

Siapa yang tidak kenal software yang satu ini Windows Movie Maker adalah software editing video bawaan windows. Bagi para pemula software ini sangat cocok sekali karena fitur yang di dalamnya cukup simple dan friendly user biasanya di gunakan untuk pembuatan beberapa slide foto - foto ataupun gabungan dari beberapa video tentunya harus menggunakan format avi atau wmv yang mendukung software ini


tampilan menu utama


save menjadi video

silahkan klik link di bawah ini untuk mengunduh


Jangan lupa masukkan password : jogjavectorisdesain
Sekian dulu download software dari kami nantikan update terbaru dari kami selanjutnya Selamat mendownload Salam Vectoris!!!

Thursday 23 October 2014

Download Desain Template Kartu Nama

Salam Kreatif untuk kita semua! Bagi anda yang berprofesi sales, marketting, karyawan maupun pengusaha yang ingin mempromosikan usaha dan keahlian anda kami memiliki. Kartu nama adalah salah satu bentuk promosi yang di salam berisikan informasi dan identitas anda

Disini kami telah membuat desain kartu nama original by Vectoris untuk keperluan kalian semua











Jangan lupa masukkan password : jogjavectorisdesain
Sekian dulu desain template album kenangan dari kami nantikan update terbaru dari kami selanjutnya Selamat mendownload Salam Vectoris!!!

Download Desain Template Album Kenangan

Salam Kreatif untuk kita semua! 
Mungkin bagi anda yang pernah magang atau kerja profesi di suatu perusahaan maupun institusi sebelum selesai masa magang biasanya kita selalu memberikan sebuah cindera mata bisa berupa barang atau sesuatu yang bisa dibuat untuk kenang - kenangan kalau kita pernah magang di tempat ini

Disini kami telah membuat desain bertemakan album kenangan original by Vectoris untuk keperluan kalian semua

Klik link di bawah ini



Sekian dulu desain template album kenangan dari kami nantikan update terbaru dari kami selanjutnya Selamat mendownload Salam Vectoris!!! -

Wednesday 22 October 2014

MEDIA, INDUSTRI MEDIA, dan KHALAYAK

Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan. Komunikasi Massa salah satu jenis komunikasi, selain Komunikasi Intrapersonal, Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi Organisasi.

Media dan Media Massa
Media (Medius, dalam bahasa Latin), secara harafiah berarti “tengah”, perantara atau pengantar. Media diartikan perantara bagi pengirim (sender) dan penerima (receiver) dalam melakukan pertukaran informasi. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal juga yang disebut media massa.
Media Massa (Mass Media) adalah chanel, media/medium, saluran, sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak (channel of mass communication). Komunikasi massa sendiri merupakan kependekan dari komunikasi melalui media massa (communicate with media). Yang termasuk media massa terutama adalah suratkabar, majalah, radio, televisi, dan film sebagai The Big Five of Mass Media (Lima Besar Media Massa), juga internet (cybermedia, media online).
Jenis Media Massa:
1. Media Massa Cetak (Printed Media). Media massa yang dicetak dalam lembaran kertas. Dari segi formatnya dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi:
(a) koran atau suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano),
(b) tabloid (1/2 broadsheet),
(c) majalah (1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto),
(d) buku (1/2 majalah),
(e) newsletter (folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan
(f) buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8). Isi media massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini, dan feature.
2. Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.
3. Media Online (Online Media, Cybermedia), yakni media massa yang dapat kita temukan di internet (situs web).
Peran Media Massa
Denis McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media massa selama ini, yakni:
1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan/promosi.
2. Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
3. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
4. Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Karakteristik Media Massa
1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut.
Harold D. Laswell:
1. Informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)

Wright:

1. Pengawasan (Surveillance) – terhadap ragam peristiwa yang dijalankan melalui proses peliputan dan pemberitaan dengan berbagai dampaknya –tahu, panik, terancam, gelisah, apatis, dsb.
2. Menghubungkan (Correlation) – mobilisasi massa untuk berpikir dan bersikap atas suatu peristiwa atau masalah.
3. Transmisi Kultural (Cultural Transmission) – pewarisan budaya, sosialisasi.
4. Hiburan (Entertainment).


De Vito:
1. Menghibur
2. Meyakinkan – e.g. iklan, mengubah sikap, call for action.
3. Menginformasikan
4. Menganugerahkan status – menunjukkan kepentingan orang-orang tertentu; name makes news. “Perhatian massa = penting”.
5. Membius – massa terima apa saja yang disajikan media.
6. Menciptakan rasa kebersatuan –proses identifikasi.

UU No. 40/1999 tentang Pers:

1. Menginformasikan (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Pengawasan Sosial (social control) –pengawas perilaku publik dan penguasa.

Industri Media
Seiring perkembangan jaman, media massa pun ikut berkembang menjadi industri. Industri media massa ini dikenal juga dengan pers. Pers berperan penting dalam penyebaran informasi. Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang pers, perlu diketahui dulu apa itu pers.
Pengertian Pers menurut para ahli
· Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
· Menurut Oemar Seno Adji
1. Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis
2. Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.
· Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
Pers berarti:
1. alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar
2. alat untuk menjepit atau memadatkan
3. surat kabar dan majalah yang berisi berita
4. orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.
· Menurut Kustadi Suhandang
Pers adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
· Menurut Wilbur Schramm
Dalam bukunya Four Theories of the Press yang ditulis oleh Wilbur Schramm dkk mengemukakan 4 teori terbesar pers, yaitu the authotarian, the libertarian, the social responsibility dan the soviet communist theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian pers sebagai pengamat, guru, dan forum yang menyampaikan pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka ditengah tengah mesyarakat.

· Menurut McLuhan
Dalam bukunya Understanding Media terbitan tahun 1996 mengenai pers sebagai the extended man, yaitu yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain dan peristiwa satu dengan peristiwa lain pada moment yang bersamaan.
· Menurut Raden Mas Djokomono
Menurut Bapak Pers Nasional, pers adalah yang membentuk pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang mampu membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak hak Bangsa Indonesia masa penjajahan Belanda.
Sejarah Pers Di Indonesia
Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan.
Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
Masa Revolusi Fisik
Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya.
Masa Demokrasi Liberal
Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang melampaui batas-batas kesopanan. mungkin kontol
Masa Demokrasi Terpimpin
Periode yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sering disebut sebagai zaman Orde Lama. Periode ini terjadi saat terbentuknya Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga meletusnya Gerakan 30 September 1965.
Masa Orde Baru
Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai sarana penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat. Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Masa Reformasi
Salah satu jasa pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan kebebasan pers, sekalipun barangkali kebebasan pers ikut merugikan posisinya sebagai presiden.
Perkembangan Pers Di Indonesia
· Perkembangan pers di Indonesia berawal pada penerbitan surat kabar pertama, yaitu Bataviasche Novelles en Politique Raisonemnetan yang terbit 7 Agustus 1774.
· Kemudian muncul beberapa surat kabar berbahasa Melayu, antara lain Slompet Melajoe, Bintang Soerabaja (1861), dan Medan Prijaji (1907).
· Majalah tertua ialah Panji Islam (1912-an)
· Surat kabar terbitan peranakan Tionghoa pertama kali muncul adalah Li Po (1901), kemudian Sin Po (1910).
· Surat kabar pertama di Indonesia yang menyiarkan teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah surat kabar Soeara Asia.
· Sesudah itu, surat kabar nasional yang memuat teks proklamasi adalah surat kabar Tjahaja (Bandung), Asia Raja (Jakarta), dan Asia Baroe (Semarang).
· Corak kehidupan politik, ideologi, kebudayaan, tingkat kemajuan suatu bangsa sangat mempengaruhi sistem pers di suatu negara.
Secara umum, di seluruh dunia terdapat pola kebijakan pemerintah terhadap pers yang otoriter dan demokratis. Diantara keduanya terdapat variasi dan kombinasi, bergantung tingkat perkembangan masing-masing negara. Ada yang quasi otoriter, ada yang quasi demokratis, dan sebagainya.
Fungsi Pers
Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 4 tahun 1999 tentang pers, fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sementara itu Pasal 6 UU Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut ;
· Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkan nilai nilai dasar demokrasi dan mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain itu pers juga harus menghormati kebinekaan mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benr melakukan pengawasan.

· Sebagai pelaku Media Informasi
Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.
· Fungsi Pendidikan
Pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.
· Fungsi Hiburan
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
· Fungsi Kontrol Sosial
Fungsi ini terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan)
2. Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat)
3. Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah)
4. Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah)
· Sebagai Lembaga Ekonomi
Pers adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers dapat memamfaatkan keadaan di sekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.
Pengaruh media massa pada budaya
Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:
1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.
Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :
1. Siapa (who)
2. Pesannya apa (says what)
3. Saluran yang digunakan (in what channel)
4. Kepada siapa (to whom)
5. Apa dampaknya (with what effect)
Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.
Fungsi-fungsi media massa pada budaya
1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah.
3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.
4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).
Pengaruh media massa pada pribadi
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari
· Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.

· Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.


· Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau menggunakan kacamata a'la "Catatan si Boy".

· Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.
Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain .
Hubungan antara Pers dan Jurnalistik
Pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan, dan penerangan. Artinya adalah bahwa antara pers dan jurnalistik mempunyai hubungan yang erat. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna apabila sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya, bahkan boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khalayak (Kustadi Suhandang, 2004:40).
Khalayak
Pada kesempatan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep dari audiences/khalayak, yang memiliki banyak makna dan manifestasinya. Terdapat beberapa konsep tentang audiences/khalayak, Isu utama yang dapat dipakai dalam menunjukkan tentang teori audience/khalayak dapat dijelaskan dari tujuan dan kerangka analisisnya, apakah ada hubungan antara media komunikasi dengan khalayaknya, baik visualisasinya secara aktual maupun secara maya.

1. Konsep Khalayak
Kata khalayak/audiences menjadi mengemuka ketika diidentikan dengan “receivers” dalam model proses komunikasi massa (source, channel, message, receiver, effect) yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1955). Audiences/khalayak merupakan istilah yang dipakai oleh para praktisi media dan para ahli komunikasi untuk mengenali para pengguna media agar dapat mengidentifikasi mereka. Audience/Khalayak bisa dikatakan pengguna media dengan pola pikir, penggunaan, ketersediaan, gaya hidup, dan rutinitas yang sama. Dengan demikian Audience/Khalayak dapat didefinisikan dengan beberapa aspek: aspek lokasi (seperti dalam kasus media lokal); aspek personal (seperti ketika media dicirikan dengan mengacu pada kelompok usia tertentu, jenis kelamin, keyakinan politik atau pendapatan); aspek jenis media yang dipakai (teknologi dan organisasi gabungan); aspek isi pesan (genre, materi pelajaran, gaya); aspek waktu ('primetime' dan ‘primetime’, penonton dan juga lama menonton)


        2. Asal Usul Audience/Khalayak
Asal usul Audience/Khalayak media pada mulanya adalah penonton teater dan pertunjukan musik, atau ketika para individu bertemu untuk menonton pertunjukan/acara baik yang formal maupun informal. Selain itu sebutan Audience/Khalayak adalah bagi individu yang ada dan datang untuk tujuan yang sama di tempat yang sama, sebab pada jaman Romawi/Yunani, tiap kota memiliki teater/arena yang digunakan untuk menampung Audience/Khalaya

3. Dari Massa Ke Pasar
Seiring dengan kemajuan jaman yang membuat berbagai perubahan baru dalam pandangan di masyarakat yang diakibatkan oleh pers, film dan radio. Teori komunikasi pertama tentang Khalayak media timbul dari kesadaran akan pesatnya kemajuan kehidupan sosial masyarakat di era modern. Fenomena ini di kenal dengan sebutan “Massa” dan dibedakan dari struktur sosial, terutama kelompok sosial masyarakatnya.

Khalayak Massa sangatlah banyak, heterogen dan tersebar luas, dan satu sama lain tidak saling mengenal. Ini merupakan deskripsi dari realitas bahwa mereka terkondisikan atas pandangan dan pemikiran yang sama akan suatu isu dalam berita atau hiburan yang dikemukakan di media.

a. Khalayak Sebagai Suatu Kelompok
Ketika setiap orang bebas untuk memilih media mana yang akan dikonsumsi, mereka tidak merasa dikontrol oleh sebuah sistem bernama kekuasaan. Interaksi sosial yang berkembang dengan bantuan media membantu masyarakat untuk semakin banyak berinteraksi. Dalam sejarah awal penelitian media, Audience terdiri dari banyak jaringan hubungan sosial berdasarkan lokalitas dan kepentingan bersama, dan media massa dimasukkan ke dalam jaringan ini dengan cara yang berbeda.

b. Khalayak Sebagai Pasar
Pers dan film menjadi bisnis yang menguntungkan dalam dunia penyiaran pada tahun 1920. Pemirsa televisi dan pendengar radio telah menjadi konsumen yang menguntungkan bagi pelaku bisnis media tersebut. Semakin besar media tersebut, semakin banyak khalayaknya, dan semakin besar pula keuntungannya. Hal ini dapat dikategorikan dari sosial demografi, atau konsumen aktual dan potensial. Adapun karakteristik Khalayak sebagai pasar lebih lanjut adalah sebagai berikut :

•Anggotanya merupakan agregat dari individu yang bersifat sebagai konsumen
•Klasifikasinya lebih didasarkan pada kriteria penghasilan ekonomi
•Anggotanya tidak berhubungan satu sama lain
•Anggotanya tidak saling berbagi satu sama lain
•Bersifat sementara
•Tidak mengenali signifikansi public
Yohanes M. 4523
Allan J 4361
Efreem S 4363
Ganesha 4357



Daftar Pustaka

Baran.Stanley.2008.Introduction to Mass Comunication: Media Literacy and Culture.New York

Junaedi.Fajar.2007.Komunikasi Massa: Pengantar Teoritis.Yogyakarta.Santusta

Nurudin.2007.Pengantar Komunikasi Massa.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada

http://id.shvoong.com/social-sciences/1877099-definisi-komunikasi-massa/#ixzz1oaJXMdFX

http://www.winkplace.com/2010/10/fungsi-media-massa.html

http://romeltea.com/media-massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi/comment-page-1

Friday 17 October 2014

Alasan Menjadi Desainer dan Prospek Kerja Di Industri Kreatif



Kreatif adalah prose mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada

Fakta & Kendala Berfikir Kreatif
Berfikir kreatif dianggap 'ANEH'

Stigma berpikir kreatif itu
'GAK TERLALU PENTING'

Minimnya informasi peluang yang ada






Berpikir kreatif itu
PENTING!!

Inilah Faktanya
  1. Munculnya lembaga pendidikan yang mengacu pada sector industri kreatif
  2. Keseriusan pemerintah di sektor industri kreatif
  3. penyelenggaraan even nasional maupun internasional
  4. Semakin banyaknya pelaku bisnis di sektor industri kreatif


Lalu, kalo serius di desain mau jadi apa ?
  • Dosen & Peneliti
  • Fotografer
  • Desainer Grafis
  • Art Director
  • Creative Director
  • Animator
  • Ilustrator
  • Komikus
  • CREATIVEPRENEUR



Mengapa memilih kerja di bidang kreatif desain ?

  • Modalnya cuma ide gratisss!!!
  • Mo dandan apa saja bebas!!
  • Bisa narsis dan terkenal!
  • Kemana saja kapan saja, bisa!!
  • Mo minta gaji berapa aja 'gak ada ukurannya


Bagaimana bisa di lakukan ?

Proses belajar yang konsisten dan fokus!!

Mang' Kreatif & Desain ada ilmunya

Desain Komunikasi Visual

Wednesday 15 October 2014

Pengertian Semiotika

Author : Miko

Salam Kreatif untuk kita semua!. Pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang dan bagaimana apa itu SEMIOTIKA. Dalam penerapan ilmu semiotika bisa kita temukan di berbagai lingkungan sekitar kita misalnya lampu traffic light, rambu lalu lintas, petunjuk jalan, toilet umum, ruangan di kampus, sekolah dan masih banyak lagi. Kenapa Bisa Begitu?? ilmu semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. nah kita simak baik - baik pelajaran yang penting ini bagi para desainer muda.

Sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Apa yang perlu dipahami? Banyak hal salah satunya adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama mem-butuhkan konsep yang sama supaya tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Namun pada kenyataannya tanda itu tidak selamanya bisa dipahami secara benar dan sama di antara masyara -kat. Setiap orang memiliki interpretasi makna tersendiri dan tentu saja dengan berbagai alasan yang melatar -belakangi-nya.

Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Masyarakat selalu bertanya apa yang dimaksud dengan tanda? Banyak tanda dalam kehidupan sehari -hari kita seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda-tanda adanya suatu peristiwa atau tanda -tanda lainnya. Semiotik meliputi studi seluruh tanda -tanda tersebut sehingga masyarakat berasumsi bahwa semiotik hanya meliputi tanda-tanda visual (visual sign). Di samping itu sebenarnya masih banyak hal lain yang dapat kita jelaskan seperti tanda yang dapat berupa gambaran, lukisan dan foto sehingga tanda juga termasuk dalam seni dan fotografi. Atau tanda juga bisa mengacu pada kata-kata, bunyi-bunyi dan bahasa tubuh (body language). Untuk memahami semiotik lebih jauh ada baiknya kita membahas beberapa tokoh semiotik dan pemikiran -pemikirannya dalam semiotik.

Tokoh Semiotik


Kalau kita telusuri dalam buku-buku semiotik yang ada,hampir sebagian besar menyebutkan bahwa ilmu semiotik bermula dari ilmu linguistik dengan tokohnya Ferdinand de Saussure (1857 - 1913). de Saussure tidak hanya dikenal sebagai Bapak Linguistik tetapi juga banyak dirujuk sebagai tokoh semiotik dalam bukunya Course in General Linguistics (1916). Selain itu ada tokoh yang penting dalam semiotik adalah Charles Sanders Peirce (1839 - 1914) seorang filsuf Amerika, Charles Williams Morris (1901 - 1979) yang mengembangkan behaviourist semiotics. Kemudian yang mengembang-kan teori-teori semiotik modern adalah Roland Barthes (1915 - 1980), Algirdas Greimas (1917 - 1992), Yuri Lotman (1922 - 1993), Christian Metz (193 - 1993), Umberco Eco (1932),dan Julia Kristeva (1941). Linguis selain de Saussure yang bekerja dengan semiotics framework adalah Louis Hjlemslev (1899 - 1966) dan Roman Jakobson (1896 - 1982). Dalam ilmu antropologi ada Claude Levi Strauss (1980) dan Jacues Lacan (1901 - 1981) dalam psikoanalisis.

Ferdinand de Saussure (1857 - 1913)


Strukturalisme adalah sebuah metode yang telah diacu oleh banyak ahli semiotik, hal itu didasarkan pada model linguistik struktural de Saussure. Strukturalis mencoba mendeskripsikan sistem tanda sebagai bahasa-bahasa, Strauss dengan mith, kinship dan totemisme, Lacan dengan unconcious, Barthes dan Greimas dengan grammar of narrative. Mereka bekerja mencari struktur dalam (deep structure) dari bentuk struktur luar (surface structure) sebuah fenomena. Semiotik sosial kontemporer telah bergerak di luar perhatian struktural yaitu menganalisis hubungan - hubungan internal bagian-bagian dengan a self contained system, dan mencoba mengembangkan penggunaan tanda dalam situasi sosial yang spesifik.

Melihat kenyataan di atas dapat dikatakan bahwa pembicaraan tentang strukturalisme dalam konteks perkem-bangan kajian budaya harus dilakukan dalam kontek s perkembangannya ke semiotik yang seolah-olah lahir sesu-dahnya. Sebenarnya bibitnya telah lahir bersama dalam kuliah-kuliah Ferdinad de Saussure yang sekaligus melahirkan strukturalisme dan semiotik (oleh de Saussure disebut semiologi yaitu ilmu tentang kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat) (Hoed, 2002:1). Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa lahirnya semiotik khususnya di Eropa tidak dapat dilepaskan dari bayangan strukturalisme yang mendahuluinya dalam perkembangan ilmu pengetahuan budaya. Perkembangan dari strukturalis ke semiotik dapat dibagi dua yakni yang sifatnya melanjutkan sehingga ciri -ciri strukturalismenya masih sangat kelihatan (kontinuitas) dan yang sifatnya mulai meninggalkan sifat strukturalisme untuk lebih menonjolkan ke -budayaan sebagai sistem tanda (evolusi).

Makna Kata ‘Tanda’


Bagi de Saussure, bahasa terdiri atas sejumlah tanda yang terdapat dalam suatu jaringan sistem dan dapat disusun dalam sejumlah struktur. Setiap tanda dalam jaringan itu memiliki dua sisi yang tak terpisahkan seperti dua halaman pada selembar kertas. de Saussure memberikan contoh kata arbor dalam bahasa Latin yang maknanya ‘pohon’. Kata ini adalah tanda yang terdiri atas dua segi yakni /arbor/ dan konsep pohon. Signifiant /arbor/ disebutnya sebagai citra akustik yang mempunyai relasi dengan konsep pohon (bukan pohon tertentu) yakni signifie. Tidak ada hubungan langsung dan alamiah antara penanda ( signifier) dan petanda (signified). Hubungan ini disebut hubungan yang arbitrer. Hal yang mengabsahkan hubung -an itu adalah mufakat (konvensi) …’a body of necessary conventions adopted by society to enable members of society to use their language faculty (de Saussure, 1986:10).

Oleh sebab itu bahasa sebagai sebuah sistem dapat dikatakan lahir dari kemufakatan (konvensi) di atas dasar yang tak beralasan ( unreasonable) atau sewenang-wenang. Sebagai contoh, kata bunga yang keluar dari mulut seorang penutur bahasa Indonesia berkorespondensi dengan konsep tentang bunga dalam benak orang tersebut tidak menunjukkan adany a batas-batas (boundaries) yang jelas atau nyata antara penanda dan petanda, melainkan secara gamblang mendemonstrasikan kesewenang-wenangan itu karena bagi seorang penutur bahasa Inggris bunyi bunga itu tidak berarti apa-apa. Petanda selalu akan lepas dar i jang-kauan dan konsekuensinya, makna pun tidak pernah dapat sepenuhnya ditangkap, karena ia berserakan seperti jigsaw puzzles disepanjang rantai penanda lain yang pernah hadir sebelumnya dan akan hadir sesudahnya, baik dalam tataran para -digmatik maupun sintagmatik. Ini dimung-kinkan karena operasi sebuah sistem bahasa menurut de Saussure dilandasi oleh prinsip negative difference, yakni bahwa makna sebuah tanda tidak diperoleh melalui jawaban atas pertanyaan what is it, melainkan melalui penemuan akan what is not (Budiman, 2002:30). Kucing adalah kucing karena ia bukan anjing atau bajing.

Dengan demikian ilmu yang mempe -lajari tentang tanda-tanda adalah semiotik. Semiotics is
concerned with everything that can be taken as a sign. Semiotics adalah studi yang tidak hanya merujuk pada tanda (signs) dalam percakapan sehari -hari, tetapi juga segala sesuatu yang merujuk pada bentuk-bentuk lain seperti words, images, sounds, gesture , dan objects. Sementara de Saussure me-nyebut ilmu ini dengan semiologi yakni sebuah studi tentang aturan tanda -tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial ( a science which studies the role of signs as a part of social life). Bagi Peirce (1931), semiotics was formal doctrine of signs which was closely related to logic. Tanda menurut Peirce adalah something which stands to somebody for something in some respect or capacity. Kemudian ia juga mengatakan bahwa every thought is a sign. van Zoest (1993) memberikan lima ciri dari tanda.

Pertama, tanda harus dapat diamati agar dapat berfungsi sebagai tanda. Sebagai contoh van Zoest menggambarkan bahwa di pantai ada orang-orang duduk dalam kubangan pasir, di sekitar kubangan di buat semacam dinding pengaman (lekuk) dari pasir dan pada dinding itu diletakkan kerang -kerang yang sedemikian rupa sehingga membentuk kata ‘Duisburg’ maka kita mengambil kesimpulan bahwa di sana duduk orang-orang Jerman dari Duisburg. Kita bisa sampai pada kesimpulan itu, karena kita tahu bahwa kata tersebut menandakan sebuah kota di Republik Bond. Kita mengangg ap dan menginterpretasikannya sebagai tanda.

Kedua, tanda harus ‘bisa ditangkap’ merupakan syarat mutlak. Kata Duisburg dapat ditangkap, tidak penting apakah tanda itu diwujudkan dengan pasir, kerang atau ditulis di bendera kecil atau kita dengar dari orang lain.

Ketiga, merujuk pada sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak hadir. Dalam hal ini Duisburg merujuk kesatu kota di Jerman. Kata Duisburg merupakan tanda karena ia ‘merujuk pada’, ‘menggantikan’, ‘mewakili‘ dan ‘menyajikan’.

Keempat, tanda memiliki sifat representatif dan sifat ini mempunyai hubungan langsung dengan sifat inter-pretatif, karena pada kata Duisburg di kubangan itu bukannya hanya terlihat adanya pengacauan pada suatu kota di Jerman, tetapi juga penafsiran ‘di sana duduk -duduk orang Jerman’.

Kelima, sesuatu hanya dapat merupa -kan tanda atas dasar satu dan lain. Peirce menyebutnya dengan ground (dasar, latar) dari tanda. Kita menganggap Duisburg sebagai sebuah tanda karena kita dapat membaca huruf-huruf itu, mengetahui bahwa sebagai suatu kesatuan huruf-huruf itu membentuk sebuah kata, bahwa kata itu merupakan sebuah nama yakni sebuah nama kota di Jerman. Dengan perkataan lain, tanda Duisburg merupakan bagian dari suatu keseluruhan peraturan, perjanjian dan kebiasaan yang dilembagakan yang disebut kode. Kode yang dimaksud dalam hal ini adalah kode bahasa. Walaupun demikian ada juga tanda yang bukan hanya atas dasar kode. Ada tanda jenis lain yang berdasarkan interpretasi individual dan insidental atau berdasarkan pengalaman pribadi.

Semiotik


Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial (Sobur, 2004:95). Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (van Zoest, 1993:1). Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek - obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Ahli sastra Teew (1984:6) mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun. Semiotik merupakan cab ang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih sistematis pada abad kedua puluh.

Para ahli semiotik modern mengatakan bahwa analisis semiotik modern telah di -warnai dengan dua nama yaitu seorang linguis yang berasal dari Swiss bernama Ferdinand de Saussure (1857 - 1913) dan seorang filsuf Amerika yang bernama Charles Sanders Peirce (1839 - 1914). Peirce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotik dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda. Semiologi de Saussure berbeda dengan semiotik Peirce dalam beberapa hal, tetapi keduanya berfokus pada tanda. Seperti telah disebut-kan di depan bahwa de Saussure menerbit -kan bukunya yang berjudul A Course in General Linguistics (1913).

Dalam buku itu de Saussure memba -yangkan suatu ilmu yang mempelajari tanda -tanda dalam masyarakat. Ia juga menjelas -kan konsep-konsep yang dikenal dengan dikotomi linguistik. Salah satu dikotomi itu adalah signifier dan signified (penanda dan petanda). Ia menulis… the linguistics sign unites not a thing and a name,but a concept and a sound image a sign . Kombinasi antara konsep dan citra bunyi adalah tanda ( sign). Jadi de Saussure mem-bagi tanda menjadi dua yaitu komponen, signifier (atau citra bunyi) dan signified (atau konsep) dan dikatakannya bahwa hubungan antara keduanya adalah arbitrer. Semiologi didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfung si sebagai tanda, harus ada di belakang sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Di mana ada tanda, di sana ada sistem (de Saussure, 1988:26). Sekalipun hanyalah merupakan salah satu cabangnya, namun linguistik dapat berperan sebagai model untuk se-miologi. Penyebabnya terletak pada ciri arbiter dan konvensional yang dimiliki tanda bahasa. Tanda -tanda bukan bahasa pun dapat dipandang sebagai fenomena arbiter dan konvensional seperti mode, upacara, kepercayaan dan lain -lainya.

Dalam perkembangan terakhir kajian mengenai tanda dalam masyarakat didominasi karya filsuf Amerika. Charles Sanders Peirce (1839 - 1914). Kajian Peirce jauh lebih terperinci daripada tulisan de Saussure yang lebih programatis. Oleh karena itu istilah semiotika lebih l azim dalam dunia Anglo-Sakson, dan istilah semiologi lebih dikenal di Eropa Kontinental. Siapakah Peirce? Charles Sanders Peirce adalah seorang filsuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensioanl. Bagi teman -teman sejamannya ia terlalu orisional. Dalam kehidupan bermasyarakat, teman-temannya membiarkannya dalam kesusahan dan meninggal dalam kemiskin-an Perhatian untuk karya-karyanya tidak banyak diberikan oleh teman -temannya. Peirce banyak menulis, tetapi kebanyakan tulisannya bersifat pendahuluan, sketsa dan sebagian besar tidak diterbitkan sampai ajalnya. Baru pada tahun 1931 - 1935 Charles Hartshorne dan Paul Weiss menerbitkan enam jilid pertama karyanya yang berjudul Collected Papers of Charles Sanders Pierce. Pada tahun 1957, terbit jilid 7 dan 8 yang dikerjakan oleh Arthur W Burks. Jilid yang terakhir berisi bibliografi tulisan Pierce. Peirce selain seorang filsuf juga seorang ahli logika dan Peirce memahami bagaimana manusia itu bernalar. Peirce akhirnya sampai pada keyakinan bahwa manusia ber pikir dalam tanda. Maka diciptakannyalah ilmu tanda yang ia sebut semiotik. Semiotika baginya sinonim dengan logika. Secara harafiah ia mengatakan “Kita hanya berpikir dalam tanda”. Di samping itu ia juga melihat tanda sebagai unsur dalam komunikasi. Semakin lama ia semakin yakin bahwa segala sesuatu adalah tanda artinya setidaknya sesuai cara eksistensi dari apa yang mungkin (van Zoest, 1993:10).

Dalam analisis semiotiknya Peirce membagi tanda berdasarkan sifat ground menjadi tiga kelompok yakni qualisigns, sinsigns dan legisigns. Qualisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat. Contoh, sifat merah merupakan qualisgins karena merupakan tanda pada bidang yang mungkin. Sinsigns adalah tanda yang merupakan tanda atas dasar tampiln ya dalam kenyataan. Semua pernyataan individual yang tidak dilembagakan merupakan sinsigns. Sebuah jeritan bisa berarti kesakitan, keheranan atau kegembiraan. Legisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode. Tanda lalu lintas adalah sebuah legisigns. Begitu juga dengan mengangguk, mengerutkan alis, berjabat tangan dan sebagainya. Untuk tanda dan denotatumnya Peirce memfokuskan diri pada tiga aspek tanda yaitu ikonik, indeksikal dan simbol. Ikonik adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk obyeknya (terlihat pada gambar atau lukisan). Indeks adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya, sedangkan simbol adalah penanda yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara kovensi telah lazim digunakan dalam masyarakat. Tabel berikut menunjukkan hubungan ketiganya. Model tanda yang dikemukakan Peirce adalah trikotomis atau triadik, d an tidak memiliki ciri - ciri struktural sama sekali (Hoed, 2002:21). Prinsip dasarnya adalah bahwa tanda bersifat reprsentatif yaitu tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain ( something that represent something else). Proses pemakna-an tanda pada Peirce mengikuti hubungan antara tiga titik yaitu representamen (R) - Object (O) - Interpretant (I). R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya (O). Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan antara R dan O. Oleh karena itu bagi Pierce, tanda tidak hanya representatif, tetapi juga inter -pretattif. Teori Peirce tentang tanda mem-perlihatkan pemaknaan tanda seagai suatu proses kognitif dan bukan sebuah struktur. Proses seperti itu disebut semiosis. Seperti terlihat pada tabel di atas bahwa Peirce membedakan tanda menjadi tiga yaitu indeks, ikon dan simbol. Bagaimanakah hubungan ikon, indeks dan simbol? Seperti yang dicontohkan Hoed (2002:25), apabila dalam perjalanan pulang dari luar kota seseorang melihat asap mengepul di kejauhan, maka ia melihat R. Apa yang dilihatnya itu membuatnya merujuk pada sumber asap itu yaitu cerobong pabrik (O). Setelah itu ia menafsirkan bahwa ia sudah mendekati sebua h pabrik ban mobil. Tanda seperti itu disebut indeks, yakni hubungan antara R dan O bersifat langsung dan terkadang kausal. Dalam pada itu apabila seseorang melihat potret sebuah mobil, maka ia melihat sebuah R yang membuatnya merujuk pada suatu O yakni mobil yang bersangkutan. Proses selanjut -nya adalah menafsirkan, misalnya sebagai mobil sedan berwarna hijau miliknya (I). Tanda seperti itu disebut ikon yakni hubungan antara R dan O menunjukkan identitas. Akhirnya apabila di tepi pantai se -seorang melihat bendera merah (R), maka dalam kognisinya ia merujuk pada ‘larangan untuk berenang’ (O). Selanjutnya ia menafsirkan bahwa ‘adalah berbahaya untuk berenang disitu’ (I). Tanda seperti itu disebut lambang yakni hubungan antara R dan O bersifat konvensional.

Peirce juga mengemukakan bahwa pemaknaan suatu tanda bertahap -tahap. Ada tahap kepertamaan (firstness) yakni saat tanda dikenali pada tahap awal secara prinsip saja. Firstness adalah keberadaan seperti apa adanya tanpa menunjuk ke sesuatu yang lain , keberadaan dari kemungkinan yang potensial. Kemudian tahap ‘kekeduaan’ ( secondness) saat tanda dimaknai secara individual, dan kemudian ‘keketigaan’ ( thirdness) saat tanda dimaknai secara tetap sebagai kovensi. Konsep tiga tahap ini penting untuk memahami bahwa dalam suatu kebudaya -an kadar pemahaman tanda tidak sama pada semua anggota kebudayaan tersebut. Salah seorang sarjana yang secara konservatif menjabarkan teori De de Saussure ialah Roland Barthes (1915 - 1980). Ia menerapkan model De de Saussure dalam penelitiannya tentang karya - karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan, seperti mode pakaian. Bagi Barthes komponen - komponen tanda penanda - petanda terdapat juga pada tanda -tanda bukan bahasa antara lain terdapat pada bentuk mite yakni keseluruhan si stem citra dan kepercayaan yang dibentuk masyarakat untuk memp-ertahankan dan menonjolkan identitasnya (de Saussure,1988). Selanjutnya Barthes (1957 dalam de Saussure) menggunakan teori signifiant - signifie yang dikembangkan menjadi teori tentang metabaha sa dan konotasi. Istilah signifiant menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C). Namun Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) ter-tentu, sehingga membentuk tanda ( sign, Sn). Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda. Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengem-bangan ini disebut sebagai gejala meta -bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonymy). Setiap tanda selalu memperoleh pe -maknaan awal yang dikenal dengan dengan istilah denotasi dan oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian pengembangan -nya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi dise but metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebut konotasi yaitu pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsep konotasi ini tentunya didasari tidak hanya oleh paham kognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yakni pemakai tanda dan situasi pemahamannya. Dalam kaitan dengan pemakai tanda, kita juga dapat memasukkan perasaan sebagai (aspek emotif) sebagai salah satu faktor yang membentuk konotasi. Model Barthes demikian juga model De de Saussure tidak hanya diterapkan pada analisis bahasa sebagai salah satu aspek kebudayaan, tetapi juga dapat digunakan untuk menganalisis unsur -unsur kebu-dayaan.

Semiotik yang dikembangkan Barthes juga disebut dengan semiotika konotatif. Terapannya juga pada karya sastra tidak sekadar membatasi diri pada analisis secara semios is, tetapi juga menerapkan pendekatan konotatif pada berbagai gejala kemasyarakatan. Di dalam karya sastra ia mencari arti ’kedua’ yang tersembunyi dari gejala struktur tertentu (van Zoest, 1993:4). Aliran semiotik yang dipelopori oleh Julia Kristeva dise but semiotika eksplanatif. Ciri aliran ini adalah adanya sasaran akhir untuk mengambil alih kedudukan filsafat. Karena begitu terarahnya pada sasaran, semiotik ini terkadang disebut ilmu total baru ( de nieuwe totaalwetwnschap). Dalam semiotik ini pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya. Tempat itu diduduki oleh pengertian produksi arti. Penelitian yang menilai tanda terlalu statis, terlalu nonhistoris, dan terlalu reduksionalis, diganti oleh penelitian yang disebut praktek arti ( betekenis praktijk). Para ahli semiotika jenis ini tanpa merasa keliru dalam bidang metodologi, mencampurkan analisis mereka dengan pengertian-pengertian dari dua aliran hermeutika yang sukses zaman itu, yakni psikoanalisis dan marxisme (van Zoest, 1993:5).

Tokoh semiotik Rusia J.U.M. Lotman mengungkapkan bahwa … culture is constructed as a hierarchy of semantic systems (Lotman, 1971:61). Pernyataan itu tidaklah berlebihan karena hirarki sistem semiotik atau sistem tanda meliputi unsur :

(1) sosial budaya, baik dalam konteks sosial maupun situasional,
(2) manusia sebagai subyek yang berkreasi,
(3) lambang sebagai dunia simbolik yang menyertai proses dan mewujudkan kebudayaan,
(4) dunia pragmatik atau pemakaian, 
(5) wilayah makna. Orientasi kebudayaan manusia sebagai anggota suatu masyarakat bahasa salah satunya tercermin dalam sistem kebahasaan maupun sistem kode yang digunakannya. Adanya kesadaran bersama terhadap sistem kebahasaan, sistem kode dan pemakaiannya, lebih lanjut juga menjadi dasar dalam komunikasi antar -anggota masyarakat bahasa itu sendiri. Dalam kegiatan komunikasinya, misalnya antara penutur dan pendengar, sadar atau tidak, pastilah dilakukan identifikasi. Identifikasi tersebut dalam hal ini tidak terbatas pada tanda kebahasaan, tetapi juga terhadap tanda berupa b unyi prosodi, kinesik, maupun konteks komunikasi itu sendiri. Dengan adanya identifikasi tersebut komunikasi itu pun menjadi sesuatu yang bermakna baik bagi penutur maupun bagi penanggapnya.

Macam-macam Semiotik


Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004). Jenis -jenis semiotik ini antara lain semiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural. Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan c erita lisan (folklore). Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Semiotik normatif merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

Bahasa Sebagai Sistem Semiotik


Bahasa dalam pemakaiannya bersifat bidimensional. Disebut dengan demikian, karena keberadaan makna selain ditentu-kan oleh kehadiran dan hubungan antar -lambang kebahasaan itu sendiri, juga ditentukan oleh pemeran serta konteks sosial dan situasional yang melatarinya. Dihubungkan dengan fungsi yang dimiliki, bahasa memiliki fungsi eksternal juga fungsi internal.

Oleh sebab itu selain dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan menciptakan komunikasi, juga untuk mengolah informasi dan dialog antar -diri sendiri. Kajian bahasa sebagai suatu kode dalam pemakaian berfokus pada :

(1) karakteristik hubungan antara bentuk, lambang atau kata satu dengan yang lainnya
(2) hubungan antar -bentuk kebahasaan dengan dunia luar yang di -acunya
(3) hubungan antara kode dengan pemakainya.

Studi tentang sistem tanda sehubungan dengan ketiga butir tersebut baik berupa tanda kebahasaanmaupun bentuk tanda lain yang digunakan manusia dalam komunikasi masuk dalam ruang lingkup semiotik (Aminuddin, 1988:37).Sejalan dengan adanya tiga pusat kajian kebahasaan dalam pemakaian, maka bahasa dalam sistem semiotik dibedakan dalam tiga komponen sistem. Tiga komponen tersebut adalah :

(1) sintaktik, yakni komponen yang be rkaitan dengan lambang atau sign serta bentuk hubungan-nya,
(2) semantik, yakni unsur yang ber -kaitan dengan masalah hubungan antara lambang dengan dunia luar yang diacunya,
(3) pragmatik, yakni unsur ataupun bidang kajian yang berkaitan dengan hubungan antara pemakai dengan lambang dalam pemakaian.

Ditinjau dari sudut pemakaian, telah diketahui bahwa alat komunikasi manusia dapat dibedakan antara media berupa bahasa atau media verbal dengan media non -bahasa atau nonverbal. Sementara media kebahasaan itu, ditinjau dari alat pemunculannya atau chanel dibedakan pula antara media lisan dengan media tulis. Dalam media lisan misalnya, wujud kalimat perintah dan kalimat tanya dengan mudah dapat dibedakan lewat pemakaian bunyi suprasegmental atau pemunculan kinesik, yakni gerak bagian tubuh yang menuansakan makna tertentu. Kaidah penataan kalimat selalu dilatari tendesi semantis tertentu. Dengan kata lain sistem kaidah penataan lambang secara gramatis selalu berkaitan dengan dengan strata makna dalam suatu bahasa. Pada sisi lain makna sebagai label yang mengacu realitas tertentu juga memiliki sistem hubungannya sendiri (Aminuddin, 1988:38).
Unsur pragmatik yakni hubungan antara tanda dengan pemakai ( user atau interpreter), menjadi bagian dari sistem semiotik sehi ngga juga menjadi salah satu cabang kajiannya karena keberadaan tanda tidak dapat dilepaskan dari pemakainya. Bahkan lebih luas lagi keberadaan suatu tanda dapat dipahami hanya dengan mengembalikan tanda itu ke dalam masyarakat pemakainya, ke dalam konteks sosial budaya yang dimiliki. Hal itu sesuai dengan pernyataan bahwa bahasa adalah cermin kepribadian dan budaya bangsa. Sehubungan dengan itu Abram’s (1981: 171) mengungkapkan bahwa the focus of semiotic interest is on the underlying system of language, not on the parole.

Monday 13 October 2014

Kata Bergambar Edisi Designer

Salam Kreatif untuk kita semua! Ini adalah suatu motivasi atau ungkapan perasaan yang terlampirkan menjadi sebuah visual bermakna ungkapan emosi manusia bisa di bilang adalah Kata Bergambar atau sebaliknya. Trend masyarakat sekarang sangat familiar dengan gaya hidup socialist dan tidak jarang dalam hitungan menit aktifitas update selalu lengket dalam gengaman di dalam hape. Disini kami telah membuat beberapa gambar yang sudah kami release original by Vectoris untuk keperluan kalian semua

Silahkan Download GRATIS semua wallpapernya dan jangan lupa pasang di hape kamu buat update



Sekian dulu update Kata Bergambar dari kami nantikan update terbaru dari kami selanjutnya Selamat mendownload Salam Vectoris!!!


Kreatif

Author : Miko W

Apa Itu Kreatif ?
Menurut pendapat James C. Coleman dan Coustance L. Hammen :
“thinking which produces new methods, new concepts,
new understanding, new work of art.”

1. Kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang
baru
2. Kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara
realistis.
3. Kreativitas merupakan usaha untuk memertahankan
insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya
sebaik mungkin.

Menurut pendapat Guilford :
orang kreatif ditandai dengan cara berpikir divergen (mencoba
menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban). Berpikir divergen
dapat diukur dengan fluency, flexibility, dan originality.

Proses Berpikir Kreatif

1. Orientasi
Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi
2. Preparasi
Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
relevan dengan masalah.
3. Inkubasi
Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan
berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan
masalah berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar kita.
4. Iluminasi
Masa Inkubasi berakhir ketika pemikir memperoleh semacam ilham,
serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan
5. Verifikasi.
Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan
masalah yang diajukan pada tahap sebelumnya

Tanda Orang Kreatif

1. Kemampuan Kognitif : Termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan
melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan
fleksibilitas kognitif

2. Sikap yang terbuka : orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal
maupun eksternal.
3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri : orang kreatif ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensikovensi. Hal ini menyebabkan orang kreatif sering dianggap “nyentrik” atau gila. kovensi. Hal ini menyebabkan orang kreatif sering dianggap “nyentrik” atau gila.

Faktor Pemecahan Masalah

1. Motivasi
Motivasi yang rendah lebih mengalihkan perhatian.
Motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas.

2. Kepercayaan dan sikap yang salah
Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita.


3. Kebiasaan
Kecenderungan untuk memertahankan pola berpikir tertentu, atau misalnya melihat masalah dari satu sisi berpikir tertentu, atau misalnya melihat masalah dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang  berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang efisien.

4. Emosi
Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar sering terlibat secara emosional. Emosi mewarnai cara berpikir kita. Kita tidak pernah berpikir betul-betul secara objektif.


Wednesday 8 October 2014

Kata Bergambar Edisi Sebal Kekasih

Salam Kreatif untuk kita semua! Ini adalah suatu motivasi atau ungkapan perasaan yang terlampirkan menjadi sebuah visual bermakna ungkapan emosi manusia bisa di bilang adalah Kata Bergambar atau sebaliknya. Trend masyarakat sekarang sangat familiar dengan gaya hidup socialist dan tidak jarang dalam hitungan menit aktifitas update selalu lengket dalam gengaman di dalam hape. Disini kami telah membuat beberapa gambar yang sudah kami release original by Vectoris untuk keperluan kalian semua

Silahkan Download GRATIS semua wallpapernya dan jangan lupa pasang di hape kamu buat update






Sekian dulu update Kata Bergambar dari kami nantikan update terbaru dari kami selanjutnya Selamat mendownload Salam Vectoris!!!


Kata Bergambar Edisi Cinta Kekasih

Salam Kreatif untuk kita semua! Ini adalah suatu motivasi atau ungkapan perasaan yang terlampirkan menjadi sebuah visual bermakna ungkapan emosi manusia bisa di bilang adalah Kata Bergambar atau sebaliknya. Trend masyarakat sekarang sangat familiar dengan gaya hidup socialist dan tidak jarang dalam hitungan menit aktifitas update selalu lengket dalam gengaman di dalam hape. Disini kami telah membuat beberapa gambar yang sudah kami release original by Vectoris untuk keperluan kalian semua
Silahkan Download GRATIS semua wallpapernya dan jangan lupa pasang di hape kamu buat update





 Sekian dulu update Kata Bergambar dari kami nantikan update terbaru dari kami selanjutnya Selamat mendownload Salam Vectoris!!!